Kenapa menulis?
Konon, hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari menulis.
Apapun itu, misalnya proposal, materi presentasi, puisi cinta, sms, bikin UUD
45, status fesbuk, semua butuh tulisan yang dipahami. Meminta orang memahami
lewat tulisan kita, itu yang gampang-gampang susah; gampangnya ketika menulis
jadi darah daging kita, susahnya ketika menulis jadi momok keseharian. Jelas
akibatnya, ketika diserahi undangan rapat RT pun menciut “saya tidak bisa bikin undangan!”.
Saya pertama belajar menulis, mungkin SMP, saya tidak begitu
ingat. Yang jelas, saat itu, ingatan saya payah sekali. Setengah jam
diterangin, paham akan sistem & cara kerjanya, lalu sejam kemudian lupa. Demikian
itu berulang-ulang, bikin gemas guru dan kawan sekelas. Bisa ditebak, nilai
ulangan pun anjlok dan jadi bahan olok-olok sekelas. Payah bukan?
Orang bilang, gampang mencerna, gampang juga lupa. Analogi
yang lucu, karena yang mencerna itu otak, lalu apakah otak semacam alat
pencernaan?
Lantas, solusinya bagaimana?
Disadari atau tidak, saya mulai mencatat. Coret-coretan yang
mungkin saya sendiri yang tahu; menarik garis, membuat bagan, memberi kode,
memisahkan atu bahan dengan bahan yang lain; teman saya bilang tulisan ceker ayam, tidak bisa dibaca kecuali
oleh empunya tulisan, ah lagi-lagi
analogi, kalau tulisan seperti ceker, lalu ayamnya siapa ?
Dari situ, saya menggantungkan diri dengan catatan. Semua
hal ada disana, baik dari jadwal pelajaran, keuangan, pemecahan soal fisika, coretan
ide bahkan makin bertambah kompleks ketika dewasa. Jadilah saya kemana-mana
bawa buku. Nampaknya tak berguna, tapi sangat membantu saya untuk mengingat
banyak hal, sampai sedeteail-detailnya, lalu bisa dibuka lagi jika saya sudah
lupa esok harinya!
Bagaimana kamu bisa menulis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar