Minggu, 02 Agustus 2015

Soal menulis

Kenapa menulis?

Konon, hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari menulis. Apapun itu, misalnya proposal, materi presentasi, puisi cinta, sms, bikin UUD 45, status fesbuk, semua butuh tulisan yang dipahami. Meminta orang memahami lewat tulisan kita, itu yang gampang-gampang susah; gampangnya ketika menulis jadi darah daging kita, susahnya ketika menulis jadi momok keseharian. Jelas akibatnya, ketika diserahi undangan rapat RT pun menciut “saya tidak bisa bikin undangan!”.

Saya pertama belajar menulis, mungkin SMP, saya tidak begitu ingat. Yang jelas, saat itu, ingatan saya payah sekali. Setengah jam diterangin, paham akan sistem & cara kerjanya, lalu sejam kemudian lupa. Demikian itu berulang-ulang, bikin gemas guru dan kawan sekelas. Bisa ditebak, nilai ulangan pun anjlok dan jadi bahan olok-olok sekelas. Payah bukan?
Orang bilang, gampang mencerna, gampang juga lupa. Analogi yang lucu, karena yang mencerna itu otak, lalu apakah otak semacam alat pencernaan?  

Lantas, solusinya bagaimana?
Disadari atau tidak, saya mulai mencatat. Coret-coretan yang mungkin saya sendiri yang tahu; menarik garis, membuat bagan, memberi kode, memisahkan atu bahan dengan bahan yang lain; teman saya bilang tulisan ceker ayam, tidak bisa dibaca kecuali oleh empunya tulisan, ah lagi-lagi analogi, kalau tulisan seperti ceker, lalu ayamnya siapa ?

Dari situ, saya menggantungkan diri dengan catatan. Semua hal ada disana, baik dari jadwal pelajaran, keuangan, pemecahan soal fisika, coretan ide bahkan makin bertambah kompleks ketika dewasa. Jadilah saya kemana-mana bawa buku. Nampaknya tak berguna, tapi sangat membantu saya untuk mengingat banyak hal, sampai sedeteail-detailnya, lalu bisa dibuka lagi jika saya sudah lupa esok harinya!

Bagaimana kamu bisa menulis?


Tidak ada komentar: